11 May 2009

Singa Yang Kehilangan Taringnya

Mulai dari hengkangnya Bendol dari "kandang sang singa", singa ngalam ini mulai berangsur surut kegarangannya. Ditambah lagi dengan ikut hengkangnya pilar-pilar yang telah ikut berjuang sampai meraih piala Copa dua kali berturut-turut. Akan tetapi, kepopuleran Arema sedikit kembali terdongkrak dengan masuknya Mr. Janu sebagai "pawang singa" ini. Dia meracik strategi sekaligus materi pemain sedemikian rupa. Walaupun tidak sampai pada hasil yang bisa dianggap membanggakan, tapi nayamul-lah. Kembali "sang pawang" meninggalkan kubu Arema dimana kondisi team sudah lumayan solid. Pergantian posisi pelatih kembali berputar.

Akhirnya, Arema kembali mendapatkan sosok pelatih yang "BAGUS". Nah, dari sinilah semua bencana ini berawal. Dimana sang allenatore baru, den bagus BANUR, membuang hampir semua pemain lama, dan menggantinya dengan pemain-pemain baru + muda + masih sedikit "jam terbangnya". Ayas sempat berfikiran, mungkin dia mau meniru MU atau Ajax yang "meproduksi" pemain2 sendiri dan mendidiknya sampai menjadi pemain berkualitas. Bagus sih, tapi menempatkan hampir 100% pemain yang mempunyai "jam terbang" belum seberapa tinggi adalah hal yang bisa disebut SUICIDE. Dimana, team-team lain banyak berisikan pemain2 berkualitas, Arema hanya berisikan pemain-pemain "kemarin sore". Belum lagi, ada beberapa pemain yang hanya main setengah hati di Arema. Team dalam keadaan compang-camping dipaksakan untuk mengarungi kerasnya Liga Super yang amat sangat super ke-dagelan-nya. Dan, bisa dipastikan, Arema mengarungi paruh pertama Liga Super ini dengan terseok-seok. Dalam keadaan "sekarat", akhirnya pergantian pelatih kembali dilakukan. Masuknya Gusnul Yakin emang banyak yang "meyakini" mampu menyembuhkan sang singa. Memang sih, dimasa kepelatihannya, sang maestro Patrico "PATO" Moralles Gaete dapat kembali menghidupkan "nyawa" sang si nga. Tapi sampai paruh kedua Liga Super ini, posisi Arema semakin merosot dan merosot. Kemanakah sang singa yang dulu garang? Dulu, team-team lain bertanding di Ngalam mendapatkan poin 1 atau seri adalah sesuatu yang sangat sulit apalagi menang. Akan tetapi,sekarang, sepertinya ada pepatah baru, "Bertanding ke Malang (melawan Arema), untuk memperoleh kemenangan". Yang jelas, Aremania dimanapun berada, AMAT SANGAT MALU dan (terus menahan) EMOSI akan keadaan seperti ini. Memang ada segelintir orang yang mengatakan kontradiksi dengan yang ayas tulis ini. Seperti contohnya, "Kenapa hanya berkoar ketika Arema halak dan membandingkan dengan Arema jaman dahulu, dan sebagainya, dan sebagainya". Kalau ayas boleh jawab. Hal tersebut adalah sesuatu yang WAJAR dimana sebuah kelompok, group, perkumpulan, komunitas, atau team yang dibela, dibanggakan, dan disanjung dalam keadaan terpuruk. Hal tersebut merupakan suatu euforia kekecewaan stadium lanjut yang telah terakum ulasi sedemikian panjang dan meledak secara tak terduga. Karena, Arema bukan hanya sekedar team sepak bola, Arema bukan hanya logo singa, akan tetapi Arema adalah JATI DIRI, HARGA DIRI DAN MARTABAT AREK NGALAM. Aremania adalah kelompok supporter yang amat sangat mendewakan Arema. Di ngalam sendiri, di kota lain, di pulau lain, bahkan di negara lain, mereka bangga akan jati diri sebagai Arek Ngalam dan mereka menyebut diri mereka sebagai Aremania, walaupun ada juga sedikit orang yang tidak tahu akan Arema FC / masalah bola, akan tetapi mereka tetap bangga dan menyebut "iki lho ayas kera ngalam / ayas Aremania". Nah, from the root of that problems, Aremania dimanapun kecewa akan kegagalan dan keterpurukan ini. Apapun telah dikorbankan, harta, waktu, tenaga, bahkan NYAWA, telah dikorbankan untuk mendukung Arema yang membawa panji kota ngalam. Sebagai supporter, di team manapun juga, entah itu di Indonesia atau di luar negeri, adalah hal yang sama seperti yang diharapk an Aremania sekarang ini. MENANG dan MERAIH KEBANGGAAN. Memang tulisan ini terlalu naif, tapi itulah yang diharapkan oleh (mungkin) semua Aremania dimanapun berada. Ada satu pepatah dari negara Jepang yang mengatakan, "ingin mendapatkan sesuatu yang istimewa, harus di imbangi dengan pengorbanan yang lumayan besar". Nah dari pepatah tersebut, sekarang ini, sepertinya tidak terdapat pada tubuh Arema. Dimana, pihak manajemen sudah "angin-anginan" , pelatih yang tidak jelas kepemimpinannya, ditambah lagi sudah merosotnya ke-loyalitasan para pemain. Akankah, Arema nantinya hanya bisa melawan team sekelas kampung (kalau begini terus keadaanya)? Semoga saja tidak? BUT, WE DON'T KNOW YET, WE WAIT AND SEE ...

Malas Utas Awij

Comments :

0 comments to “Singa Yang Kehilangan Taringnya”

Post a Comment

Link

Blog Archive

 

Copyright © 2009 by Arema Singo Edan