
Dalam sepak bola ada sebuah prinsip bila ingin memenangkan pertandingan, yakni lini belakang tak kebobolan dan lini depan harus bisa mengegolkan. Prinsip utama inilah yang sudah ditinggalkan Arema dalam empat laga pertamanya di Djarum Indonesia Super League (DISL).
Betapa tidak. Dalam empat laga itu, Arema belum pernah sekalipun mencetak gol. Sebaliknya, dalam empat laga itu, Arema sepertinya justru menjadi lumbung gol bagi tim lawan. Total, dalam empat laga yang sudah dilakoninya itu, gawang Arema sudah kebobolan 10 gol. Bila dirata-rata dalam setiap pertandingan, gawang Arema kebobolan 2,5 gol.
Puncaknya adalah pada saat dibantai 0-5 oleh Persipura Jayapura pada Sabtu (28/2) lalu di Stadion Kanjuruhan. Kekalahan besar lainnya adalah saat ditekuk Sriwijaya FC 4-0. Sebelumnya, Arema juga ditekuk 0-1 oleh Persik Kediri. Satu-satunya laga yang gawang Arema tak kebobolan adalah saat berhasil menahan seri 0-0 PSMS Medan di Stadion Siliwangi, Bandung.
Hasil tersebut membuat lini belakang Arema menjadi yang terburuk keenam di klasemen sementara DISL dengan total kebobolan 29 gol. Peringkat pertama ditempati Persita (kebobolan 40 gol), PKT Bontang (38 gol), Persitara (35 gol), PSIS Semarang (32 gol), PSMS Medan (30 gol).
Sebagai salah satu pemain belakang, kiper mempunyai peran yang cukup penting ketika gawangnya jadi lumbung gol. "Bila gawang kebobolan maka kiper memang harus bertanggung jawab. Karena kiper mau tak mau memang membuat sebuah kesalahan," kata Benny van Breukelen, pelatih kiper Arema.
Hanya saja, dalam kasus pembantaian Arema oleh Persipura lalu, Benny mengelak bahwa kesalahan utamanya ada pada Kurnia Meiga Hermansyah. Menurut dia, antisipasi yang dilakukan Meiga sudah tepat. "Lihat saja bola yang masuk. Itu tak mutlak kesalahan Meiga. Tapi, kesalahan semua pemain. Meiga sudah tampil cukup bagus," ucap mantan kiper timnas era 1980 an tersebut.
Dia juga mengelak bahwa pemilihan Meiga merupakan sebuah keputusan yang salah. Menurutnya, Meiga dipilih karena dalam latihan menunjukkan grafik yang meningkat. Dibandingkan dengan Dadang Sudrajat dan Muhammad Yasir, Meiga dinilai lebih siap.
Penunjukan Meiga saat menghadapi Persipura memang tak berlebihan. Itu karena Benny berpatokan pada tampilan cemerlang jebolan Diklat Ragunan Jakarta tersebut saat menghadapi PSMS Medan. Namun, berlaga di Kanjuruhan tak hanya butuh skill semata, tapi juga mental yang kuat.
Sebenarnya Dadang lebih teruji untuk tampil di hadapan Aremania. Dalam beberapa laga di kandang, Dadang selalu tampil cemerlang. "Saya tak ada masalah dengan Dadang. Saya pilih Meiga karena dia memang lebih siap," tandas Benny.
Comments :
0 comments to “Bukan Murni Kesalahan Kiper”
Post a Comment