02 March 2009

AREMANIA

Dulu, waktu jaman Arema masih ‘miskin’. Muncul fenomena yang namanya ‘Aremania’. Aremania dijuluki sebagai ‘pioner’ supporter kreatif dan sportif. Banyak orang yang bangga dengan predikat tersebut. Tarian, nyanyian,yel-yel khas Aremania pun seperti virus yang menyebar ke seantero negeri. Penghargaan pun di terima, dan harga diri pun terangkat. Dan lagi prestasi Arema waktu ‘miskin’ dulu tidak terlalu mengecewakan, walaupun hanya sekali juara (Galatama 92-93) namun dengan materi pemain yang pas-pasan Singo Edan mampu masuk jajaran klub papan atas.

Aremania kemudian menjadi magnet, menjadi tren. Bagi pendukung tim lain, mereka ramai-ramai membentuk kelompok supporter. Bagi kebanyakan Kera Ngalam, Aremania menjadi magnet, menjadi kebanggaan daerah, kebanggaan Kera Ngalam. Korwil didirikan di seantero Ngalam bahkan di luar Ngalam. Sebuah hal yang normal dan alami..

Ketika Aremania menjadi ‘spotlight’, beramai-ramai orang menjadi Aremania, mengaku bahkan berteriak ‘ayas Aremania’. Syal, soak, dan atribut lainnya menjadi barang yang laku keras. Aremania ‘otomatis’ menjadi identitas ‘kera Ngalam’. Aremania bergeser paradigmanya dari supporter ….. menjadi ‘cover budaya’ khas Ngalam, menjadi ‘sub-kultur’, menjadi ‘icon’.

Sanjungan dan pujian kepada ‘Aremania’ menjadi boomerang. Hingar bingar kompetisi sepakbola kadang dikesampingkan, dan berubah menjadi hingar bingar kompetisi antar supporter. Kesan ‘Jaim’ selalu di tonjolkan, sehingga ketidakpuasan menjadi ibarat api dalam sekam. Aremania terjebak dalam penyakit
paranoid / waham. Dengan cirri-ciri antara lain kejaran atau kebesaran, dengan respon emosional dan tingkah laku yang sesuai terhadap delusi (waham) tersebut.

Dan sejarah mencatat ketika kekecewaan tak tertahankan,akibat ‘jaim’ dan kekecewaan yang terpedam kerusuhan anarkis pun terjadi. Dan sanksi pun dijatuhkan. Pembelaan diri dari nawak-nawak Aremania sejagad membuktikan, bahwa ‘harga diri’ yang terinjak-injak menjadi alasan kerusuhan, plus berbagai macam opini kekecewaan seperti menyalahkan wasit, menyalahkan PSSI dan lain-lain. Menurut saya pembelaan itu hal yang sah-sah saja, namun menjadi pelajaran, bahwa ketika disinari spotlight tidaklah pernah menjadi mudah dan selalu penuh tantangan.

Satu lagi yang perlu ayas garis bawahi adalah paradigma ‘kreatifitas’ supporter. Bagi ayas, kreatifitas itu memang perlu. Tapi jangan didewakan dan erlebihan. Apakah dengan kreatifitas itu otomatis Arema menjadi juara dan menang ?. Buat ayas, lebih baik memberikan dukungan yang sewajarnya tanpa embel-embel kreatifitas, nyanyi ato nari silahkan, tapi jangan lupakan esensi sebagai supporter, supporter yang mendukung tim kesayangan, bukan supporter yang ‘gengsi’ dengan ‘predikat’ supporter terbaik. Karena yang dikompetisikan bukanlah adu ‘kreatifitas’ supporter, tetapi siapa yang terbaik
di lapangan hijau.

Lagipula, kalau boleh jujur, kreatifitas Aremania banyak dijiplak kelompok supporter lain. Lagu dan tarian di’copy paste’. Lagu yang kebanyakan nadanya mengikuti lagu-lagu yang sudah terkenal ikut dinyanyikan kelompok supporter lain. Ironisnya, banyak yang lebih meributkan kreatifitas ‘copy paste’ ketimbang prestasi Arema, ketimbang esensi kita sebagai supporter yang harusnya mendukung Arema dengan dukungan, dengan kritikan yang membangun.

Satu lagu yang bikin ayas ‘gedeg-gedeg’, beberapa milis yang ‘katanya’ milis Aremania justru lebih meributkan hal yang bukan tentang Arema,bukan tentang bal-balan. Tapi meributkan hal lain yang menurut ayas tidak ada gunanya buat memperbaiki performance Arema, diskusi yang terjadi lebih bersifat ‘narcism’, yang sifatnya lebih kepada pride ‘Arek Malang’ yang tercoreng moreng. Bukti bahwa Aremania lebih mementingkan ‘harga diri’ daripada membangun diskusi
yang konstruktif tentang menaikkan performance Arema. Kadang tersirat dan tersurat, Kebanggaan menjadi Aremania kadang menjadi segala-galanya, daripada
kecintaan pada Arema.

Sepakbola adalah olahraga menendang bola di lapangan hijau, bukan olahraga yang dimainkan di tribun. Tidak pernah ada piala dunia supporter, yang ada adalah piala dunia sepakbola. Sedangkan suporter adalah penikmat olahraga sepakbola, penggila bola, pecandu…. fans yang akan sedih dan kritis ketika timnya kalah. Dan selalu setia pada klub atau tim yang dibelanya DALAM KONDISI APA PUN.

Mudah-mudahan kekalahan dan keterpurukan Arema dalam putaran kedua ini membuka mata kita semua, kita pendukung Arema, ayo dukung Arema dengan dukungan yang baik, terus beri dukungan, kritik dan saran agar Arema bangkit dari keterpurukan. Buang jauh-jauh karakter ‘waham’ dan Be a real fans
of AREMA Ongis Nade.

Definisinya sederhana. Seperti yang pernah didefinisikan oleh teman baik saya, Hari Pandiono Paimin yang akan selalu saya ingat. Aremania adalah pendukung atau suporter klub Arema Malang.Tanpa batasan apa pun. Selama ia adalah pendukung fanatik Arema, maka tak perduli umur, jenis kelamis, ras, tempat tinggal, latar belakang sosial – ekonomi. Orang yang akan memberikan apa saja untuk kejayaan timnya, dan selalu mendukung dalam keadaan apa pun.

Oh ya,….Mungkin ini terakhir kali ayas akan menulis dan berbicara soal supporter khususnya tentang nawak Aremania. Karena ayas adalah pendukung Arema, ayas pendukung fanatik Arema yang ‘mewek’ waktu Arema halak dan yang ‘mewek’ terharu ketika Arema juara. Dan jujur, ayas tidak perduli dengan gelar supporter kreatif, supporter terbaik, atau julukan sebagai supporter apa pun, karena yang terpenting adalah Arema menang, Arema Juara, atau kalaupun kalah…kalah terhormat.

Comments :

0 comments to “AREMANIA”

Post a Comment

Link

Blog Archive

 

Copyright © 2009 by Arema Singo Edan